Ibnu Rusyd : Kritik Terhadap Emanasionisme dan Pengaruhnya di Eropa (Kel 13)

 PERTEMUAN KE - 15

IBNU RUSYD : KRITIK TERHADAP EMANASIONISME 

DAN PENGARUHNYA DI EROPA


    Ciputat Timur, 14 Desember 2023

    Pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir dari mata kuliah Filsafat Islam, dengan pemakalah dari kelompok 13. Seperti biasa setiap pertemuan mata kuliah ini ada dua pemakalah yang akan tampil yaitu dari kelas C dan D. Pertemuan terakhir ini dilaksanakan secara offline di theater lt.6 Fdikom Uin Jakarta. Materi terakhir yang dibahas adalah "Ibnu Rusyd : Kritik Terhadap Emanasionisme dan Pengaruhnya di Eropa". Berikut anggota pemakalah yang presentasi kali ini yaitu Adinda Washilah Mo'o, Maulana Malik Nurmansyah, Muhammad Zidane Caesar, Disti Cahya Agustine.

    Ibnu Rusyd ini sebagai filsuf yang terakhir dibahas pada bab mata kuliah ini, berikut penjelasan mengenai kesimpulannya :

    Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf, dokter, dan cendikiawan Islam yang terkenal pada abad ke - 12 di Andalusia, Spanyol. Dia dipengaruhi oleh filsafat Aristoteles, seperti teori emanasionisme yang berasal dari pemikiran Neoplatonik, dipopulerkan oleh pemikir Muslim seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina (Avicenna). Emanasionisme adalah konsep bahwa segala sesuatu berasal dari satu sumber yang lebih tinggi atau ilahi dan menyebar atau "memancar" ke dunia material.

    Ibnu Rusyd sebagai pelanjut para filsuf Islam terdahulu yang bercorak Paripatetik-Emanasionisme-Teosentris. Bukan sebagai fanatis yang menerima apa adanya, tapi sebagai kritikus yang mengulas karya-karya Aristoteles. Sebuah gelar diberikan oleh Dante pada tahun 1265-1321 M dalam bukunya Devine Commedia (Komedia Ketuhanan). Dia pantas mendapatkan gelar ini karena pikirannya mencerminkan usaha yang keras mengendalikan pikiran dari Aristoteles kepada kemurniannya, yang telah bercampur dengan unsur Platonik yang memperburuk orisinalitas dari pemikirannya dan dimasukkan para filsuf Iskandariah kemajuan peradaban barat (Eropa) sejak abad ke-12 tak lepas dari paradaban Arab-Islam yang dikembangkan oleh para filsuf dari orang suci Islam.

   Ibnu Rusyd menggunakan logika menanjak dari realitas menuju Tuhan atau beranjak dari medan fisika ke metafisika, adalah simbol filsuf muslim yang dinilai menyelamatkan posisi filsafat dari serangan tajam Al-Ghazali yang terdapat dalam karyanya Tahafutal Tahafut (Rusyd, 2004). Oleh sebab itu, kematiannya sekaligus dianggap simbol lonceng kematian kejayaan pemikiran Islam. Hal itu dibantah oleh Henry Corbin bahwa sangat keliru untuk menyimpulkan tradisi permenungan di kalangan filsuf muslim ini berakhir dengan kematian Ibnu Rusyd.

    Kemudian, setelah selesainya penyampai materi, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seperti biasa untuk teman-teman yang ingin bertanya. Untuk komentar saya kali ini pemakalah bagus dari penyampaian materi hingga menjawab pertanyaan dari teman-teman yang bertanya. Pertanyaan teman-teman dijawab setelah sesi diskusi oleh kelompok yang presentasi. Ada beberapa penjelasan dari dosen mengenai materi ini, dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai ketentuan UAS Filsafat Islam. Terakhir, kami diabsen oleh dosen satu per satu dan berpamitan karena ini adalah kelas terakhir Filsafat Islam.



    Mubariq Alfaridzi | 11220511000120 | 3C Jurnalistik | UIN Jakarta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aqidah dan Ilmu Kalam : Kasus Ahmadiyah

Al-Razi : Sejarah dan Pemikiran Filsafatnya (Kel 6)

Ibnu Rusyd : Sejarah dan Pemikiran Filsafatnya (Kel 12)